SOLOPOS.COM - (Dari kanan ke kiri) Sekretaris Pawiyatan Pamong, Fajar Sujarwo; Pengageng II Kawedanan Purwoaji Laksana Kraton Yogyakarta, KRT Purwowinoto; Kepala Bagian Pelayanan dan Umum Paniradya Kaistimewan, Ariyanti Luhur Tri Setyarini dalam Sinau Sejarah bertajuk Mangayubagya 35 Tahun Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X, Kamis (7/3/2024). (Tangkapan Layar)

Solopos.com, JOGJA — Paniradya Kaistimewan menggelar kembali Sinau Sejarah bertajuk Mangayubagya 35 Tahun Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Kamis (7/3/2024).

Kali ini, Sinau Sejarah ini bercerita mengenai sosok Sri Sultan sebagai seorang pemimpin. Perbincangan tersebut digelar di Universitas Widya Mataram dan disiarkan secara langsung melalui Youtube.

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Dalam kesempatan ini, Kepala Bagian Pelayanan dan Umum Paniradya Kaistimewan, Ariyanti Luhur Tri Setyarini, menyebut keistimewaan Yogyakarta tidak lepas dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogykarta (DIY).

Menurut Ariyanti, Sri Sultan sangat mengerti proses hingga implementasi aturan tersebut. Ariyanti menyebut Sri Sultan selalu mengikuti proses aturan ini dibentuk dari hulu ke hilir.

Sebagai daerah istimewa, dalam aturan ini menyebut tentang tata cara pengisian Gubernur dan Wakil Gubernur DIY. Setiap lima tahun sekali, Sri Sultan harus menyampaikan visi misinya.

“Sejak lahirnya undang-undang ini menegaskan urusan apa saja, DIY menjadi betul-betul istimewa sebagaimana namanya,” terang Ariyanti.

Ariyanti mengaku ingat betul pidato yang disampaikan Sri Sultan pada Oktober 2012 lalu. Dalam pidato tersebut, Ariyanti menangkap visi yaitu terwujudnya peningkatan kemulian martabat manusia Yogyakarta.

Visi ini mengandung kata kunci yaitu peradaban baru serta manusia yang bermartabat, mandiri, dan sejahtera. Ariyanti juga mengingat mengenai trilogi sumber daya manusia (SDM) DIY, yaitu etos, etika, dan kualitas.

“Dalam arahannya beliau, etos adalah mengubah persepsi dari tugas bekerja kantoran dari birokrasi menjad tugas membangun peradaban. Kemudian etika, dalam bertindak, kita menuju kemuliaan sikap,” kata dia.

Ariyanti menilai Sri Sultan sebagai sosok yang mampu memadukan kearifan lokal dengan selalu mempertimbangkan kondisi global. Sebagai sosok pemimpin, dia menilai Sri Sultan, selalu menjadi suri teladan yang selalu memberikan contoh.

Pengageng II Kawedanan Purwoaji Laksana Kraton Yogyakarta, KRT Purwowinoto, mengaku telah membersamai Sri Sultan selama 34 tahun. Dia mengenal Sri Sultan sebagai sosok yang tepat waktu dan disiplin.

“Ada satu hal yang saya titeni, beliau ketika menyuruh tidak pernah tidak mengatakan kata tolong,” kata dia.

Dia mengungkapkan peringatan bertakhtanya Sri Sultan hari ini juga diisi dengan parade kuda dan pameran adat istiadat.

Dalam sambutannya, Rektor Universitas Widya Mataram, Edy Suandi Hamid menilai Sinau Sejarah ini menjadi acara yang positif. Edy menguraikan dalam belajar sejarah bisa memberikan manfaat. Tidak hanya sekadar mengenang masa lalu, tapi juga menjadi sumber pelajaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya