Jogja
Kamis, 7 Maret 2024 - 19:59 WIB

Paniradya Kaistimewan Mangayubagya 35 Tahun Sri Sultan HB X Bertakhta

Galih Aprilia Wibowo  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - (Dari kanan ke kiri) Sekretaris Pawiyatan Pamong, Fajar Sujarwo; Pengageng II Kawedanan Purwoaji Laksana Kraton Yogyakarta, KRT Purwowinoto; Kepala Bagian Pelayanan dan Umum Paniradya Kaistimewan, Ariyanti Luhur Tri Setyarini dalam Sinau Sejarah bertajuk Mangayubagya 35 Tahun Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X, Kamis (7/3/2024). (Tangkapan Layar)

Solopos.com, JOGJA — Paniradya Kaistimewan menggelar kembali Sinau Sejarah bertajuk Mangayubagya 35 Tahun Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Kamis (7/3/2024).

Kali ini, Sinau Sejarah ini bercerita mengenai sosok Sri Sultan sebagai seorang pemimpin. Perbincangan tersebut digelar di Universitas Widya Mataram dan disiarkan secara langsung melalui Youtube.

Advertisement

Dalam kesempatan ini, Kepala Bagian Pelayanan dan Umum Paniradya Kaistimewan, Ariyanti Luhur Tri Setyarini, menyebut keistimewaan Yogyakarta tidak lepas dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogykarta (DIY).

Menurut Ariyanti, Sri Sultan sangat mengerti proses hingga implementasi aturan tersebut. Ariyanti menyebut Sri Sultan selalu mengikuti proses aturan ini dibentuk dari hulu ke hilir.

Advertisement

Menurut Ariyanti, Sri Sultan sangat mengerti proses hingga implementasi aturan tersebut. Ariyanti menyebut Sri Sultan selalu mengikuti proses aturan ini dibentuk dari hulu ke hilir.

Sebagai daerah istimewa, dalam aturan ini menyebut tentang tata cara pengisian Gubernur dan Wakil Gubernur DIY. Setiap lima tahun sekali, Sri Sultan harus menyampaikan visi misinya.

“Sejak lahirnya undang-undang ini menegaskan urusan apa saja, DIY menjadi betul-betul istimewa sebagaimana namanya,” terang Ariyanti.

Advertisement

Visi ini mengandung kata kunci yaitu peradaban baru serta manusia yang bermartabat, mandiri, dan sejahtera. Ariyanti juga mengingat mengenai trilogi sumber daya manusia (SDM) DIY, yaitu etos, etika, dan kualitas.

“Dalam arahannya beliau, etos adalah mengubah persepsi dari tugas bekerja kantoran dari birokrasi menjad tugas membangun peradaban. Kemudian etika, dalam bertindak, kita menuju kemuliaan sikap,” kata dia.

Ariyanti menilai Sri Sultan sebagai sosok yang mampu memadukan kearifan lokal dengan selalu mempertimbangkan kondisi global. Sebagai sosok pemimpin, dia menilai Sri Sultan, selalu menjadi suri teladan yang selalu memberikan contoh.

Advertisement

Pengageng II Kawedanan Purwoaji Laksana Kraton Yogyakarta, KRT Purwowinoto, mengaku telah membersamai Sri Sultan selama 34 tahun. Dia mengenal Sri Sultan sebagai sosok yang tepat waktu dan disiplin.

“Ada satu hal yang saya titeni, beliau ketika menyuruh tidak pernah tidak mengatakan kata tolong,” kata dia.

Dia mengungkapkan peringatan bertakhtanya Sri Sultan hari ini juga diisi dengan parade kuda dan pameran adat istiadat.

Advertisement

Dalam sambutannya, Rektor Universitas Widya Mataram, Edy Suandi Hamid menilai Sinau Sejarah ini menjadi acara yang positif. Edy menguraikan dalam belajar sejarah bisa memberikan manfaat. Tidak hanya sekadar mengenang masa lalu, tapi juga menjadi sumber pelajaran.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif