SOLOPOS.COM - Foto udara kendaraan bermotor melaju perlahan saat melintasi jalan yang rusak terdampak banjir di jalur utama pantura Demak-Kudus Kilometer 44 di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Minggu (24/3/2024). Bupati Demak Esti'anah telah memerintahkan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Demak mendata seluruh ruas jalan rusak terdampak banjir yang kemudian diprioritaskan untuk perbaikan pada kewenangan wilayah jalan pemerintah pusat, provinsi, dan daerah sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo saat memantau penanganan banjir Demak pada Jumat (22/3). ANTARA FOTO/Aji Styawan/Spt.

Solopos.com, SLEMAN – Banjir besar menerjang sejumlah wilayah di Kabupaten Demak dan Kabupaten Kudus beberapa waktu lalu. Banjir besar yang terjadi berhari-hari itu kemudian dikaitkan dengan kemunculan kembali Selat Muria.

Terkait isu munculnya kembali Selat Muria, ada penjelasan ilmiah dari Dosen Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Salahuddin Husein.

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Dia menegaskan Selat Muria di Jawa Tengah tidak akan muncul kembali. Meski kalau dilihat dari aspek geologi, wilayah Demak, Juwana, dan Pati awalnya merupakan Selat Muria yang berubah menjadi dataran rendah pada sekitar abad 10 hingga 15.

Salahuddin menjelaskan Selat Muria tidak akan muncul lagi karena proses geologi berupa erosi Lajur Perbukitan Kendeng dan Lajur Perbukitan Rembang. Karena proses geologi berupa erosi kedua lajur perbukitan oleh jejaring Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana masih terus berlangsung hingga saat ini. Selain itu juga membawa sedimentasi yang cukup tinggi. Proses itu yang menyebbakan pendangkalan di Selat Muria.

“Terbentuknya daerah tersebut karena adanya sedimen yang terbawa saat banjir yang berulang,” jelas dia, Senin (25/3/2024).

Salahuddin menuturkan proses sedimentasi sungai pada umumnya berlangsung saat banjir yang mengakibatkan endapan sedimen tersebt mengumpul sebagai limpasan banjir.

Dia menjelaskan wilayah Demak, Pati, dan Juwana merupakan dataran rendah hasil sedimentasi banjir dari Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana. Menurut dia, Selat Muria menghilang dan menjadi dataran rendah seperti saat ini karena banjir di ketiga sungai tersebut.

“Secara geologis tidak usah khawatir, Demak dan sekitarnya akan jadi laut lagi karena banjir yang berulang ini membawa sedimen yang membentuk dataran rendah,” jelas dia yang dikutip dari ugm.ac.id.

Lebih lanjut, ia menyampaikan banjir tersebut juga disebabkan adanya faktor perubahan lingkungan terutama lahan dampak dari pertumbuhan pemukiman yang begitu besar di wilayah dataran rendah bekas Selat Muria.

Dampak geologis yang ditimbulkan, kata Salahuddin, salah satunya berupa pemadatan lahan untuk pendirian bangunan maupun penggunaan air tanah membuat tanah menjadi padat dan agak turun. Kondisi ini membuat daerah Demak, Pati, dan Juwana rawan banjir, terlebih di tengah meningkatnya bencana hidrometeorologi.

Hujan dengan intensitas tinggi dan terus menerus berpotensi meningkatkan debit air di wilayah hulu sungai. Dampaknya terjadi banjir ekstrem dan akan surut selama berhari-hari.

Salahuddin menyampaikan untuk mengantisipasi terjadinya banjir ekstrem di Demak dan sekitarnya, pemerintah perlu mengkaji ulang kapasitas tanggul yang disesuaikan dengan jika terjadi potensi banjir ekstrem. Harapannya sungai-sungai tersebut mampu membawa lebih banyak lagi debit air hujan tanpa harus menyebabkan banjir.

“Normalisasi sungai memang sudah dilakukan, tetapi ke depan perlu dilakuakn redesain dengan menyusaikan kondisi saat ini,” jelas dia.

Bukan hanya membangun tanggul, upaya pengawasan dan perawatan tanggul secara berkala juga harus dilakukan. Langkah ini diharapkan bisa mencegah tanggul longsor di sejumlah titik yang bisa menyebabkan pendangkalan sungai. Pendangkalan sungai ini bisa berakibat kapasitas tanggul menjadi berkurang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya