SOLOPOS.COM - Gubernur DIY, Sri Sultan HB X (ketiga kanan) saat menghadiri Groundbreaking Jembatan Pandansimo, Senin (11/12/2023). (Harian Jogja/Stefani Yulindriani)

Solopos.com, BANTUL — Jembatan Pandansimo yang akan menghubungkan antara Kapanewon Srandakan, Kabupaten Bantul, dengan Kapanewon Galur, Kabupaten Kulonprogo, mulai dibangun. Jembatan yang berada di sisi selatan Jembatan Srandakan ini memiliki keunggulan tahan terhadap gempa berkekuatan hingga 9 Skala Richter (SR) hingga terjangan tsunami.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan HB X, dalam acara groundbreaking Jembatan Pandansimo mengatakan jembatan ini dibangun dengan konstruksi yang tahan gempa dan terjangan tsunami. Hal ini karena lokasi jembatan ini berada dekat dengan Sesar Opak.

Promosi Pemilu 1955 Dianggap Paling Demokratis, Tentara dan Polisi Punya Partai Politik

“Pantai selatan ini kan [berada pada] patahan. Jadi semua program [pembangunan infrastruktur] sudah mengantisipasi itu, seperti bandara, seperti di sini [dirancang tahan gempa]. [Ketahanan gempa] Jadi antara 8-9 SR mungkin masih bisa, masih aman,” kata Sultan, Senin (11/12/2023).

Jembatan Pandansimo akan dibangun sepanjang 1.900 meter yang terdiri dari jalan pendekat sepanjang 625 meter, slab on pile sepanjang 690 meter dan jembatan utama dengan bentang 675 meter.

Sementara nilai kontrak Jembatan Pandansimo senilai Rp814,8 miliar dilaksanakan oleh PT Adhi Karya Persero dan  PT Sumber Wijaya Sakti dengan Kerja Sama Operasi (KSO) selama 408 hari dengan Rencana Final Hand Over (FHO) di tanggal 31 Desember 2024.

Teknologi Tahan Gempa

Kepala Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Jateng-DIY, Rien Marlia, mengatakan Jembatan Pandansimo dibangun pada lokasi yang memiliki karakteristik tanah berpasir dan muka air tanah dangkal.

Menurut dia, lokasi pembangunannya dekat dengan sumber gempa Sesar Opak dengan radius kurang dari 10 km sehingga Jembatan Pandansimo dinilai rentan terhadap potensi likuifaksi.

Meski begitu, Rien menjelaskan Jembatan Pandansimo telah dirancang tahan gempa.

“Jembatan Pandansimo akan menggunakan teknologi Lead Rubber Bearing [LRB] pada struktur bawah jembatan yang fungsinya untuk meredam gempa. LRB ini mampu mengembalikan struktur yang ditopangnya pada posisi semula setelah gempa berakhir,” katanya.

Selain itu, menurut dia, akan dipasang pula alat pendeteksi gempa. Selain tahan gempa, jembatan ini juga dirancang tahan terhadap terjangan tsunami.

“Jembatan Pandansimo ini juga sudah elevated, lebih tinggi. Kami sudah konstruksikan aman terhadap tsunami dan gempa, kami juga agak jauh terhadap patahan kok,” katanya, Senin.

Dia menyampaikan pembangunan Jembatan Pandansimo telah dilakukan sejak 2013-2015. Dimulai dari pembebasan lahan oleh Pemda DIY, penyusunan dokumen Analisis Dampak Lingkungan (Amdal), hingga pada 2022 dilakukan review Detail Engineering Design (DED).

Dia mengajak seluruh stakeholder berkolaborasi sehingga pembangunan Jembatan Pandansimo dapat dilaksanakan secara profesional, tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya.

Dia menyampaikan pembangunan Jembatan Pandansimo merupakan bagian dari paket kegiatan Inpres Jalan Daerah tahap I pada Jalur Trans Selatan Jawa. Pembangunan tersebut diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan pemerataan ekonomi di selatan Jawa.

Dia berharap Jembatan Pandansimo tidak hanya menjadi penghubung antarwilayah, tetapi juga menjadi ikon baru kebanggaan masyarakat pesisir selatan DIY. Selain itu keberadaan ruang terbuka hijau dan pedestrian diharapkan membentuk budaya sehat masyarakat dengan memberikan ruang kegiatan olahraga maupun kegiatan sosial lainnya.

“Jembatan Pandansimo juga nantinya akan dipercantik dengan pemasangan ornamen yang mengusung kearifan budaya lokal,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya