SOLOPOS.COM - Ilustrasi Saluran Irigasi (JIBI/Dok)

Solopos.com, BANTUL — Belasan proyek pembangunan irigasi tersier di Kabupaten Bantul dari Kementerian Pertanian gagal direalisasikan tahun ini. Salah satu penyebabnya, kasus korupsi yang menjerat mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Kepala Bidang Sarana dan Prasaran Dinas Ketahanan Panagn dan Pertanian Bantul, Arifin Hartanto, mengatakan pembangunan saluran irigasi tersier dari Kementerian Pertanian tahun ini gagal dikerjakan.

Promosi Keturunan atau Lokal, Mereka Pembela Garuda di Dada

“Jadi kemaren uangnya ditarik, kami kemudian hanya melaksanakan beberapa kegiatan yang bukan irigasi,” ujarnya, Kamis (2/11/2023).

Informasi yang ia dapatkan, pembangunan irigasi ini sedianya akan dilaksanakan sendiri oleh pihak Kementan, tetapi dalam perkembangannya ternyata tidak jadi. Diduga ini merupakan dampak dari kasus yang sedang menjerat eks Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL).

“Mungkin ada imbas dari kasus SYL,” katanya.

Dia mengatakan ada 19 proyek pembangunan irigasi tersier yang dibatalkan. Padahal, pihaknya sudah melakukan sosialisasi terkait pembangunan irigasi tersebut kepada kelompok petani di masing-masing lokasi.

“Terlanjur kami sudah melakukan pemetaan, terlanjur sudah menghitung RAB [Rencana Anggaran Biaya],” ungkapnya.

Adapun alokasi yang diberikan untuk pembangunan irigasi ini, masing-masing lokasi dengan luas 50 hektare sebesar Rp75 juta. Nilai ini lebih besar dibanding anggaran pembangunan irigasi dari Pemkab Bantul, yakni sekitar Rp50 juta.

Meski 19 lokasi tersebut gagal dibangun, kata dia, namun tahun ini tetap ada pembangunan irigasi tersier, yakni dari anggaran Pemkab Bantul. Ada sebanyak 12 lokasi yang dibangun irigasi tersier, terutama di wilayah yang ada sumber irigasinya tetapi belum terkaver irigasi tersier permanen.

Dia menuturkan saat ini masih sangat sedikit wilayah yang terkaver irigasi tersier permanen, yakni yang sudah menggunakan tembok, tidak ada kebocoran, dan ada pintu airnya.

“Irigasi teknis itu yang bisa diatur dan diukur, harusnya ada pintu-pintunya itu yang masuk dari irigasi sekunder,” ungkapnya.

Meski demikian, bukan berarti wilayah yang belum terkaver irigasi tersier permanen belum ada irigasinya. Untuk wilayah yang memang ada sumber irigasi utama, biasanya sudah ada irigasi tersier dengan kondisi masih sederhana.

“Ada juga yang membuat dengan swadaya,” katanya.

Sedangkan beberapa wilayah lainnya tidak memakai irigasi tersier karena memang tidak ada sumber airnya. Wilayah ini tersebar di perbukitan seperti Kapanewon Pajangan, Dlingo, sebagian Kasihan dan Piyungan. Di situ, para petani menggunakan sumur untuk pengairan lahan.

Anggota Komisi B DPRD Bantul, Mahmudin, mengatakan DPRD Bantul terus mendorong Pemkab Bantul untuk meningkatkan infrastruktur di bidang pertanian, terutama jaringan irigasi tersier.

“Ketika sudah terbangun semua di lahan persawahan, harapan kita produktivitas pertanian meningkat,” katanya.

Menurut dia, jaringan irigasi tersier masih belum maksimal di hampir seluruh wilayah di Bantul.

“Biaya tertinggi pertanian itu kan di air. Ketika air jaringannya sudah tergarap dengan bagus, Insya Allah efisiensi petani semakin rendah operasionalnya,” ujarnya.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Diduga karena Korupsi Kementan, 19 Proyek Pembangunan Irigasi di Bantul Batal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya