SOLOPOS.COM - Kebun kopi yang dikelola kedai Kopi Puncak Menoreh di Kalurahan Purwosari, Girimulyo yang harganya terus naik tiap tahunnya. (Istimewa)

Solopos.com, KULONPROGO – Kabupaten Kulonprogo memiliki komoditas kopi lokal yang kini semakin dilirik. Harga kopi lokal tersebut pun semakin meroket dalam lima tahun terakhir.

Harga kopi lokal Kulonprogo dalam kondisi kering pada 2019 dari petani senilai Rp25.000 per kilogram. Sedangkan saat ini harganya menyentuh Rp40.000 per kilogram dalam kondisi yang sama.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

Kenaikan harga kopi lokal itu membuat para petani di Kulonprogo diuntungkan. Kebanyakan dari para petani kopi ini meneruskan budidaya tanaman ini dari turun temurun.

Seorang petani kopi dari Kalurahan Jatimulyo, Kapanewon Girimulyo, Christanto, menyebut mewarisi kebun kopi dari keluarganya.

“Dari dulu dari simbah-simbah sudah menanam kopi dan jenisnya memang asli lokal Kulonprogo juga, sekarang harganya terus naik tentu kami diuntungkan,” jelasnya, Senin (12/2/2024).

Christanto yang mengelola kebun kopi di lahan seluas 1.000 meter persegi ini menyebut menunggu masa tanam. Dia memperkirakan pohon kopi di kebunnya akan matang pada Maret atau April besok.

“Harganya juga lagi bagus sekarang, kemungkinan akan terus naik nanti. Sekarang diharga Rp30.000 untuk yang kering per kilogramnya yang basah sekitar Rp12.000 per kilogram,” jelas dia.

Kebun kopi yang dikelola, kata Christanto, menggunakan sistem tumpang sari yang di sela-sela tanam berkafein ini juga ada pohon cengkih.

“Saya tanam cengkih juga di antara kopi di lahan itu, agar sama-sama menguntungkan dan tidak terganggu sama lain, hasilnya lumayan juga,” tuturnya.

Sebagian petani kopi di Kulonprogo bahkan juga mengelola kopi hasil tanamnya untuk menambah nilai tambah ekonominya. Seperti yang dilakukan Kelik Saranta, petani dari Kalurahan Purwosari, Girimulyo.

Selain bertani kopi, Saranta juga mengelola penggilingan kopi untuk dipasarkan ke luar daerah.

“Saya juga mengelola kedai kopi kecil-kecilan, ini berkat warisan bapak kami dulu yang menanam kopi lebih dulu, sekarang kami teruskan dengan ada pengelolaannya,” ungkapnya.

Pemasaran kopi lokal yang dikelola Saranta bahkan sudah banyak dipesan berbagai kafe di Kota Jogja. “Kalau yang arabica itu harganya per kemasan satu kilogram saya jual Rp55.000, yang robusta bisa sampai Rp65.000,” ujar pemilik Kopi Puncak Menoreh ini.

Meningkatnya pariwisata di Bumi Binangun, jelas Saranta, mendorong bisnis kopinya. Dia berharap ada pendampingan dan dukungan lain dari pemerintah agar para petani kopi ini dapat terus mengembangkan usaha.

“Salah satu faktornya memang juga dari pariwisata, kami harap ada pendampingan dan dukungan lain dari pemerintah agar para petani kopi ini dapat terus mengembangkan usahanya,” pungkas dia.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Harganya Terus Naik, Kopi Menoreh Jadi Untungkan Petani

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya