Solopos.com, BANTUL — Sejumlah pos pantau banjir dan tanah longsor di Bantul mulai diaktivasi sebagai upaya mempersiapkan langkah mitigasi bencana di tahun 2023. Hal itu dilakukan di tengah konsentrasi membagikan air bersih ke wilayah kekeringan saat sekarang.
Demikian disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Antoni Hutagaol, seperti dikutip dari Antara, Selasa (10/10/2023).
Promosi Ongen Saknosiwi dan Tibo Monabesa, Dua Emas yang Telat Berkilau
Di tahun-tahun sebelumnya, BPBD Bantul rutin menyiapkan terpal untuk keadaan darurat pada daerah yang dilanda longsor. Di samping itu, juga mulai mengaktivasi pos pantau banjir dan longsor melibatkan relawan forum pengurangan risiko bencana (FPRB) kelurahan setempat.
“Kami juga sudah melakukan koordinasi dengan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait tentang dibutuhkannya bronjong, anyaman kawat diisi batu untuk memperkuat struktur tebing agar tidak longsor,” kata Antoni Hutagaol.
Berdasarkan data hasil pemetaan BPBD Bantul, setidaknya ada delapan kecamatan yang wilayahnya memiliki potensi banjir dampak hujan dengan intensitas tinggi. Masing-masing wilayah itu, yakni Bantul, Kretek, Pleret, Pundong, Piyungan, Jetis, Banguntapan, dan Imogiri.
“Sedangkan kapanewon (kecamatan) yang berpotensi tinggi terjadi tanah longsor ada tiga, yaitu wilayah Kapanewon Pundong, Imogiri dan Piyungan,” katanya.
Antoni Hutagaol mengajak kepada masyarakat Bantul yang tinggal di daerah rawan maupun di semua wilayah agar melakukan mitigasi. Hal itu guna meminimalisasi dampak yang diakibatkan dari banjir dan tanah longsor pada musim hujan nanti.
“Kami juga mulai mengimbau ke masyarakat untuk mitigasi persiapan menghadapi banjir dan longsor. Di antaranya dengan pemangkasan pohon-pohon yang membahayakan, normalisasi saluran air atau sungai,” katanya.
Sumber: Antara.
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
