SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/dok)

Solopos.com, GUNUNGKIDUL – Hama ulat grayak atau Spodoptera Frugiperda menyerang ratusan hectare lahan pertanian jagung di Kabupaten Gunungkidul. Serangan hama tersebut menyebar di sejumlah kecamatan, seperti Purwosari, Tanjungsari, Panggang, Saptosari, dan Tepus.

Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Daerah Istimewa Yogyakarta, Sarno, mengatakan ada tiga kriteria kerusakan terhadap kurang lebih 800 hektare lahan tersebut yaitu ringan, sedang, dan berat.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

“Total se-Gunungkidul ada sekitar 800 hektar. Ada tiga kriteria, kalau ringan itu daun tanaman jagung luka satu dua lembar. Terus yang sedang serangannya lumayan banyak. Nah kalau sudah berat, serangan satu batang tanaman bisa sampai empat sampai delapan ulat,” kata Sarno dihubungi, Selasa (20/2/2024).

Sarno menyampaikan ulat grayak tersebut mulai merebak di Indonesia sekitar tahun 2019. Ulat yang memiliki tanda seperti huruf Y di kepalanya tersebut, kata dia, sangat menyukai tanaman jagung.

Ulat jenis ini memiliki masa hidup sekitar 20 hari sebelum menjadi kepompong. Meski demikian, ulat ini memiliki dampak daya rusak terhadap tanaman jagung, khususnya jika dalam satu batang ada empat ekor lebih ulat.

Apabila ulat tersebut berhasil menjadi kupu-kupu maka tanaman yang sama akan menjadi tempat bertelur. Dalam satu batang, ada sekitar 200 ekor telur yang nantinya menetas menjadi ulat grayak. Oleh sebab itu guna mencegah merebaknya ulat grayak, Sarno menyarankan petani agar menerapkan sistem tumpang sari di lahan mereka.

Selain itu, deteksi dini juga menjadi kunci penanganan seperti pembaluran abu dapur dan serbuk kayu ke daun tanaman jagung. Abu dapur dapat membuat kulit ulat terkelupas lalu mengering dan mati. Sedangkan serbuk kayu dapat menumbuhkan jamur pada ulat. Hanya saja, hal tersebut dapat dilakukan ketika ulat masih sangat muda.

Hal yang penting diantisipasi adalah ketika masuk musim tanam (MT) II dan MT III antara lain melakukan monitoring/pengamatan rutin sejak dini. Dengan begitu tindakan pencegahan dan penanganan yang perlu diambil selanjutnya akan lebih mudah.

“Anggaran yang dimiliki kabupaten terbatas. Makanya pengendalian dilakukan dengan mengambil bahan dari BPTP Provinsi,” katanya.

Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul, Raharjo Yuwono, mengatakan Pemkab Gunungkidul akan mendapat bantuan benih padi dan jagung hibrida. Bantuan tersebut dirancang untuk musim tanam II dan I tahun 2024/2025.

“Tanam April dan Juni serta tanam Oktober nantinya disesuaikan kemampuan lahan dan petani. Kami mengirim proposal benih untuk 7.000 ha di MT II dan 15.000 ha MT I besok Oktober masih proses,” kata Raharjo.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul 800 Hektar Lahan Jagung di Gunungkidul Diserang Ulat Grayak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya