SOLOPOS.COM - Antrean di Kopi Klotok, Sleman. (Harian Jogja/Andreas Yuda Pramono)

Solopos.com, SLEMAN – Warung Kopi Klotok yang berlokasi di Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, diserbu pengunjung saat momen libur Lebaran 2024. Bahkan, bagi Anda yang ingin menikmati sajian kuliner menu desa di warung ini perlu lebih bersabar karena harus antre panjang.

Kopi Klotok ini bisa dibilang menjadi salah satu destinasi wajib yang dikunjungi wisatawan saat berkunjung ke Jogja.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Saat Harianjogja.com (Solopos Media Group) mendatangi lokasi warung Kopi Klotok, Minggu (14/4/2024) sekitar pukul 16.00 WIB, antrean sudah tampak mengular sepanjang sekitar 20 meter. Sementara di bagian lain kompleks Kopi Klotok, para pengunjung terlihat sibuk menggulung tikar dan mencari tempat berteduh dari gerimis yang turun sore itu.

“Kunjungan di hari Sabtu menurut saya jadi puncaknya. Antrean kendaraannya saja sampai Terminal Pakem,” kata Manajer Kopi Klotok, Prita Damayanti saat ditemui di Kopi Klotok, Minggu.

Jika ditarik garis lurus, jarak antara Terminal Pakem sampai ke Kopi Klotok sekitar 750 meter.

Prita menceritakan ramainya pengunjung ini bertahan sampai Minggu ini. Meski tidak ada antrean panjang kendaraan seperti pada Sabtu (13/4/2024).

Kendaraan roda empat dengan pelat nomor B dan D terlihat mendominasi antrean di warung Kopi Klotok. Barisan kendaraan di setiap ruas di tempat parkir memanjang sampai 60 meter.

Pada akhir pekan bukan hari besar keagamaan, pengunjung yang datang dapat mencapai lebih dari 500 orang. Prita juga telah menyediakan 500 piring. Apabila kurang, piring-piring kosong akan diambil dan dicuci langsung untuk digunakan kembali.

Pada H+2 Hari Raya Idulfitri 2024 sampai sekarang, jumlah pengunjung naik 50% dibandingkan hari biasa.

Dia menuturkan pihaknya pun terpaksa menutup layanan reservasi sampai Senin (22/4/2024) karena mengantisipasi lonjakan pengunjung.

“Kasihan pengunjung luar kota yang datang tapi tidak dapat tempat,” katanya.

Prita bercerita awal berdirinya warung Kopi Klotok ini. Dia menyampaikan nama Kopi Klotok merupakan onomatope. Nama itu diambil dari suara bubuk kopi yang ketika direbus berbunyi klotok-klotok-klotok.

Warung Kopi Klotok ini merupakan milik Sri Handayani dan Joko Adi Pramono. Sri merupakan pensiunan pegawai CIMB Niaga dan Joko merupakan wiraswasta di Magelang dan Semarang. Seusai pension, mereka mendirikan warung Kopi Klotok pada 2015 dan menetap di Jogja.

Segmen pasar Kopi Klotok adalah keluarga dan orang-orang yang rindu suasana desa. Sebab itulah, pengunjung Kopi Klotok kebanyakan dari Jakarta.

Selain suasananya yang “ndeso”, salah satu andalan lain Kopi Klotok tentu saja adalah menu makanannya. Menu lodeh baik lodeh terong maupun lodeh kluwih ternyata sangat disukai pengunjung yang rata-rata berasal dari luar kota. Belum lagi pisang goreng ala Kopi Klotok yang selama ini memang banyak dianggap sebagai salah satu ikon kuliner kedai ini.

Kopi Klotok terus berkembang. Pada 2023, Omah Tempe dan Omah Bakpia didirikan di dalam kompleks sebagai pusat oleh-oleh. Pasalnya, pengunjung tidak dapat membungkus makanan dan minuman karena mempertimbangkan stok untuk pengunjung yang datang langsung ke lokasi.

Lebih jauh, Prita mengatakan Kopi Klotok memiliki dua cabang namun dengan pemilik atau owner yang berbeda. Satu cabang berada di Kecamatan Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

“Di Cisarua ada juga Kopi Klotok. Tapi beda pemilik. Nanti tetap bagi hasil dengan yang Kopi Klotok di Yogyakarta, kata Prita.

Pemilik Kopi Klotok di Cisarua tak lain adalah Siti Hediati Hariyadi atau akrab dikenal Titiek Soeharto. Dia merupakan anak ke-4 Presiden Soeharto. Titiek yang juga mantan istri Prabowo Subianto mendirikan Kopi Klotok dua tahun lalu.

Menurut Prita, Titiek dan pemilik Kopi Klotok di Yogyakarta masih memiliki hubungan kekerabatan. “Manajemen di sana kami juga masih membantu,” lanjutnya.

Salah satu karyawan, Fitri mengaku baru bekerja di Kopi Klotok dua tahun lalu. Dia bertanggung jawab mengelola Omah Bakpia. Dia mengakui bahwa keberadaan Kopi Klotok berupaya memberdayakan warga sekitar.

“Saya dari Cangkringan saja,” kata Fitri.

Meski bernama Omah Bakpia tetapi ada juga dagangan lain seperti suvenir dan wedang sehat. Wedang sehat ini mirip wedang uwuh khas Imogiri, Bantul tetapi dengan rempah yang lebih banyak.

Fitri menerangkan bahwa setiap akhir pekan, wedang sehat terjual hingga 1.000 bungkus dan pada hari biasa dapat terjual sampai 300 bungkus. Sedangkan, bakpia dapat terjual sampai 100 bungkus per hari apabila situasi kunjungan ramai. Apabila hari biasa, bakpia hanya terjual 70-80 bungkus.



Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya