SOLOPOS.COM - Paniradya Pati Kaistimewan DIY, Aris Eko Nugroho (kedua dari kiri); Ketua Pansus BA 45 DPRD DIY Muhammad Yazid (kedua dari kanan); dan Tenaga Ahli Praja yang juga Koordinator Bidang Pendidikan dan Pelatihan Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogykarta, Hendro Muhaimin MA, (paling kanan), dalam dialog 13 Maret, Hadeging Nagari dan Hari Jadi DIY, yang digelar oleh Paniradya Kaistimewan pada Rabu (13/3/2024). (Tangkapan layar YouTube)

Solopos.com, JOGJA-Paniradya Kaistimewan kembali menggelar Sinau Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bertajuk 13 Maret, Hadeging Nagari dan Hari Jadi DIY,  yang bertepatan dengan Hari Jadi DIY pada Rabu (13/3/2024).

Acara tersebut digelar di Omah Wayang, Jalan Langenastran Kidul, Kalurahan Panembahan, Kapanewon Kraton, Yogyakarta dan disiarkan langsung melalui channel Youtube Paniradya Kaistimewa, yang dimulai sekitar pukul 16.00 WIB.

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Dua penari dari Sanggar Tari Yoso Budoyo Langenastran RKB Panembahan mengawali acara tersebut dan dilanjut dengan dialog mengenai sejarah DIY.

Paniradya Pati Kaistimewan DIY Aris Eko Nugroho menjelaskan saat ini DIY telah mempunyai hari jadi yang menurutnya sebagai bentuk perubahan. Aris berharap dengan adanya hari jadi ini bisa menjaga spirit keistimewaan di Yogyakarta.

Pihaknya mempunyai lima urusan yang berkaitan dengan keistimewaan, namun dia mengaku masih mempunyai tantangan yang menurutnya cukup luar biasa untuk tujuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY.

Oleh sebab itu, peletakan Hari Jadi DIY yang jatuh pada hari ini 13 Maret menjadi titik awal dan akan terus berkelanjutan. “Maka temanya, maju, sejahtera, lanjut, yang dijiwai dengan roh budaya dan juga spirit keistimewaan,” terang Aris dalam dialog tersebut.

Penentuan tanggal lahir DIY yang bertepatan peristiwa sejarah Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat atau separuh Nagari Mataram tentu meninggalkan situs peninggalan yang bersejarah.

Menurut dia situs ini tidak boleh rusak dan hilang. Pihaknya menilai perlu peran masyarkarakat untuk menjaga situs tersebut. Lebih lanjut Aris mengatakan dalam menjaga dan mengenalkan sejarah DIY, pihaknya tidak bisa bekerja sendiri.

Aris mengaku berkolaborasi dengan asosiasi dan Sekber Keistimewaan. Di beberapa organisasi pemerintah daerah (OPD) juga berkewajiban untuk bersama menjaga sejarah.

Kolaborasi antarpihak menjadi kunci dalam menjaga sejarah Yogyakarta. Aris mengatakan sejarah juga tak lepas dari anak muda. Untuk mengenalkan sejarah DIY kepada anak-anak muda, pihaknya memilih mengikuti cara anak muda.

Oleh sebab itu, pihaknya juga membuat film-film dokumenter dan film pendek yang bisa ditonton secara luas. Digitalisasi ini menurut dia bertujuan untuk mendekatkan sejarah kepada anak muda. Dia mengaku juga menggelar Sinau Sejarah di sekolah menengah atas (SMA) yang dapat menampung keinginan anak muda dan kemudian bisa difasilitasi.

Ketua Pansus BA 45 DPRD DIY, Muhammad Yazid, mengaku merasa bangga menjadi bagian yang bisa ikut serta menentukan hari jadi.  Menurutnya dalam pansus berjalan sangat dinamis dalam mengeksplorasi sejarah DIY. Pihaknya menggunakan Tahun Masehi yang jatuh pada 13 Maret yang menjadi Hari Jadi DIY.

Dia berharap masyarakat bisa menyambut baik penetapan Hari Jadi DIY yang jatuh pada 13 Maret. Beberapa perayaan Hari Jadi DIY juga telah digelar yang menurut Yazid tidak hanya sebatas seremoni tetapi juga memajukan Yogyakarta.

Tenaga Ahli Praja yang juga Koordinator Bidang Pendidikan dan Pelatihan Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogykarta, Hendro Muhaimin MA, menyebut memang tidak ada tanggal pasti dalam referensi dan rujukan Hari Jadi DIY. Namun hanya merujuk pada Februari dan Maret 1755.

Menurut Hendro, peristiwa Hadeging Nagari yang menjadi cikal bakal terbentuknya DIY menciptakan beberapa kesan. Pertama adalah menyiapkan proses yang panjang untuk mempertahankan kedaulatan terhadap pemerintah.

Hadeging Nagari juga memberikan suatu potret untuk melihat sejauh mana dalam menjaga dan merawat fondasi dari cikal bakal tersebut.

“Ini momentum peringatan pertama yang harus dijaga berkelanjutan nilai-nilai keistimewaan,” terang Hendro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya